Gerhana matahari total (GMT) yang akan tiba Rabu (9/3) membuat sejumlah daerah yang dilintasi supersibuk. Wisatawan, baik lokal maupun mancanegara alias bule, mulai datang melalui bandara dan pelabuhan.
Banjir wisatawan tersebut membuat kamar-kamar hotel dan losmen mulai sulit dicari. Bahkan, karena sudah tak mendapat tempat, sekelompok turis menyewa lahan terbuka di sebuah bukit untuk ditinggali sementara. Di sana mereka mendirikan tenda secara berkelompok. Jumlahnya tidak sedikit. Sampai ratusan.
Kondisi itu terpantau Jawa Pos di Palu, ibu kota Sulawesi Tengah (Sulteng). Kemarin (7/3) ratusan wisatawan asing terlihat berbondong-bondong datang dan membuat sesak Bandara Mutiara Sis Al-Jufri. Semakin siang jumlah mereka kian membeludak.
Mayoritas wisatawan tersebut merupakan jenis backpacker. Itu terlihat dari bekal yang mereka bawa. Mereka hanya menjinjing tas ransel, tenda, serta sleeping bag. Namun, banyak juga yang berdandan ala kaum hippies dan baju warna-warni. Rambut panjang kusut dibiarkan terurai.
Wisatawan asing tersebut berasal dari berbagai negara. Vajra dan Rana, misalnya, berasal dari Selandia Baru. Awalnya kakak beradik itu berlibur di Bali. Namun, lantaran Pulau Dewata segera menyelenggarakan ritual Nyepi, keduanya memutuskan pindah ke Palu sembari menikmati GMT.
"Ini kali pertama kami berlibur ke Palu," ucap Vajra sambil menenteng tas ransel.
Pria berambut gimbal tersebut mengungkapkan, rencana matang sudah disusun untuk menikmati fenomena alam langka itu. Menurut Vajra, bersama Rana dirinya akan mendirikan tenda di bukit Desa Ngata Baru, Kabupaten Sigi. Bersama puluhan rombongan turis asing lainnya, keduanya akan menunggu fenomena sangat langka -terjadi sekali dalam ratusan tahun- itu. "Jadi, kami bisa melihat GMT dengan puas."
Sadar GMT bisa mendatangkan pendapatan dalam jumlah besar, Pemerintah Kota (Pemkot) Palu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Di bandara wisatawan sudah disambut lagu daerah yang dibawakan dengan alat musik tradisional. Yaknikakula (gamelan), lalove (seruling panjang), serta gimba(kendang).
Pertunjukan kesenian itu berhasil memikat sejumlah wisatawan asing. Satu per satu meminta pemain mengajarkan cara bermain alat musik tradisional tersebut. Anggota Dewan Kesenian Kota Kupang Memet menyatakan, dengan adanya GMT, Palu bisa menunjukkan kekayaan kesenian dan kebudayaan yang dimilikinya. "Ini sekaligus promosi kebudayaan," ucapnya.
Di bandara juga disediakan sebuah stan informasi. Ada tiga petugas yang berjaga di stan tersebut. Mereka merupakan karyawan Dinas Pariwisata Kota Palu. Novianti, salah seorang petugas, mengatakan, jumlah kedatangan wisatawan asing melonjak tajam. Kenaikan dimulai sekitar seminggu lalu. "Kami belum menghitung kenaikannya," ucap dia ketika ditemui di bandara kemarin.
Sumber : jpnn.com