Cemaran kotoran manusia di bisnis depot air Jakarta



Beberapa waktu lalu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia melakukan survei dari keberadaan depot air minum di Jakarta. Hasilnya mencengangkan, dari 20 depot air minum isi ulang di Jakarta, ada enam depot mengandung bakteri Coliform. Paling bikin kaget lagi, satu depot hasil uji parameter mikrobiologi terbukti mengandung bakteri E.coli. Bakteri E.coli ini menandakan adanya cemaran dari kotoran (manusia). Sedangkan Coliform menandakan penanganan yang tidak higienis pada proses produksi air minum.

"Saya kira mestinya pemerintah daerah atau dinas perindustrian atau kesehatan kalau ilegal ditutup dong," ujar Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat pekan lalu.

Dia pun mengatakan seharusnya ada pengecekan berkala dilakukan pemerintah terhadap keberadaan depot-depot air minum isi ulang ini. "Saya kira mestinya pemerintah daerah atau dinas perindustrian atau kesehatan kalau ilegal ditutup dong," katanya. 

Kebutuhan air bersih layak dikonsumsi di Jakarta kian hari terus tinggi. Menurut data dilansir PAM Jaya dan Operator, pada 2015 kebutuhan air bersih di Jakarta sebesar 26,1 meter kubik per detik. Sedangkan ketersediaan air bersih hanya 17 meter kubik per detik. Artinya ada defisit sekitar 9,1 meter kubik per detik. Bila kondisinya ini tidak berubah, dipastikan pada 2023, defisit air bersih akan terus meningkat. 

Melihat kebutuhan air di Jakarta itu tentunya juga membuka peluang usaha bagi keberadaan depot air minum isi ulang. Apalagi keuntungan bersih dari bisnis jual air ini bukan lagi dalam angka kecil. Paling tidak pengusaha depot air minum memperoleh keuntungan puluhan juta setiap bulan. Otomatis, modal dikeluarkan untuk bisnis ini pun bisa balik cepat dalam hitungan bulan. 

Salah satu pemilik toko penjual alat untuk bisnis depot air minum di Gedung Kenari Mas Jakarta, Maria mengatakan, setidaknya seseorang harus memiliki dana Rp 40 juta untuk memulai bisnis air minum isi ulang. Modal itu untuk membeli alat dan tandon sebagai penampungan air. Calon pengusaha depot isi ulang air minum hanya tinggal menyediakan tempat termasuk juga mengganti filter air setiap bulan. Tujuannya adalah memberikan hasil kualitas air terbaik.

"Rp 40 juta sudah dapat perlengkapan sama eksteriornya. Tinggal siapkan tempat. Ada juga memang yang harganya belasan juta tetapi kualitasnya jauh mas," ujarnya kepadamerdeka.com, Minggu pekan lalu.

Namun sayang dari kilaunya bisnis jual air di Jakarta, menurut Tulus syarat air baku dalam proses pengolahan air minum mencakup kualitas, kuantitas dan kontinuitas masih belum terpenuhi. Apalagi dari temuan YLKI, banyak pengusaha bisnis ini tidak sesuai dengan kualifikasi. Dari temuan YLKI pada 2013, ditemukan wadah atau galon di setiap depot tidak diperiksa sebelum diisi. Mereka juga hanya menggunakan tutup polos tanpa segel. 17 depot langsung mengisi wadah di depan konsumen, dan 3 depot menukar dengan stok yang sudah ada.

"Hanya disikat dengan sapu ijuk itukan ngaco. Apa malah tidak tercampur bakteri yang ada?," kata Tulus. 

Terkait hal ini, Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Wisnu mengatakan, sejatinya Pemerintah melalui Dinas Kesehatan terus melakukan pengawasan terhadap depot isi ulang air minum. Dia pun menjelaskan jika ditemukan bukti para pengusaha bisnis depot air minum itu melanggar aturan, sangsinya adalah teguran juga rekomendasi pencabutan izin usaha. 

"Apabila didapatkan temuan di lapangan. Maka diberikan teguran lisan, teguran tertulis dan kemudian rekomendasi pencabutan izin," kata Wisnu, Jumat pekan lalu. Dia pun menegaskan jika masyarakat juga harusnya turut ambil bagian dalam pengawasan ini. Sehingga kata dia, kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat dapat tetap terjaga.

Sumber : merdeka.com

Subscribe to receive free email updates: