Upin dan Ipin. Film animasi asal Malaysia ini begitu kondang di Indonesia. Tayangan serialnya rutin diputar oleh salah satu stasiun televisi di Tanah Air. Lantas bagaimana sebenarnya dapur produksi film kartun Upin dan Ipin ini?
Film ini diproduksi oleh Les’ Copaque Production Sdn Bhd yang berlokasi di Shah Alam, Malaysia. Para animator, termasuk Marsha Chikita Fawzi dari Indonesia, mempersiapkan film itu berjam-jam sampai matang.
Meski demikian, suasana rumah produksi itu tetap didominasi kelucuan-kelucuan. "Saya selalu ingin lingkungan kerja jadi menyenangkan," kata pendiri Les’ Copaque Production, Burhanuddin Md Radzi, sebagaimana dikutip Dream dari The Star, Minggu 28 Desember 2014.
"Saya mungkin bukan orang berbakat di perusahaan, tapi saya mencoba menciptakan lingkungan kerja yang bebas stres bagi semua orang di sini," tambah dia.
Menurut Burhanuddin, industri animasi berbeda dengan televisi maupun industri film. "Les’ Copaque merupakan perusahaan teknologi bercerita," kata Burhanuddin.
Dari suasana seperti itulah kisah Upin dan Ipin dibangun. Kini film animasi ini menjadi ikon produksi film di negeri jiran itu. Menurut Burhanuddin, film itu telah dinikmati oleh 300 juta orang.
Berkibarnya serial Upin dan Ipin ini sungguh luar biasa. Mengingat, film ini diproduksi oleh sebuah perusahaan animasi independen yang tergolong kecil, yang didirikan pada bulan Desember 2005 silam.
Selama sembilan tahun berjalan, Les’ Copaque telah banyak menginspirasi industri animasi lokal. "Saya memilih nama Les’ Copaque sebab saya ingin nama internasional dan ini terdengar seperti bahasa Prancis dari frase Malaysia ‘Last Kopek’ (kartu terakhir),” tutur Burhanuddin.
"Namanya cocok dengan tujuan kami, karena ini menanamkan frase unik Malaysia dengan bakat internasional di mana animator muda Malaysia, bisa membawa imajinasi dan aktivitas mereka dalam kehidupan," tambah dia.
Mulanya, Burhanudin memasuki bisnis ini hanya untuk melakukan sesuatu berbeda dan hanya untuk bersenang-senang. Kebetulan dia diperkenalkan dengan para lulusan animator yang bercita-cita membuat film animasi seperti Walt Disney.
Burhanuddin kemudian memilih membuat film animasi, Geng: The Adventure Begins. Dia bersedia membiayainya, sementara sang istri, Ainon Ariff, memegang bagian konten kreatif.
Burhanuddin mendapat berbagai masukan. Dia disarankan membuat cerita dengan seting kampung tradisional Malaysia. Itu termasuk juga makanan, cerita-cerita rakyat, kerajinan, dan lain sebagainya yang berbau budaya Malaysia. Semua karakter orisinil, tak ada duplikat dari perusahaan besar luar negeri.
Film itu diselesaikan dalam tiga tahun. Menghabiskan dana 4 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp 14 miliar) dan 1 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp 3,5 miliar) dari Kementerian Inovasi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi. Film itu dirilis pada 2009.
Sebagai bagian dari pemasaran, Les’ Copaque memulainya dengan membuat cerita pendek dengan dua karakter utama, Upin dan Ipin. “Saya ingin membuktikan sejumlah poin dengan Upin & Ipin, untuk mengukur reaksi masyarakat Malaysia terhadap seri animasi yang dibuat perusahaan lokal. Ke dua, ini menjadi uji coba untuk melihat penerimaan masyarakat internasional terhadap film animasi Malaysia.”
Dan film ini menuai sukses besar. Meski pada awalnya para animator Le Copaque ini harus bekerja di ruangan sempit dan dengan anggaran minimal. Les’ Copaque memotong biaya dengan memastikan ada karakter yang lebih sedikit.
Pada tujuh pekan perdana saat dirilis tahun 2009 silam, film ini telah meraup untuk 6 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp 21,3 miliar). Geng: The Adventure Begins kemudian mendapat penghargaan ‘Film Animasi Terbaik’ pada Kuala Lumpur International Film Festival dan penghargaan bergengsi lainnya.
Dalam beberapa tahun, Upin dan Ipin meraih sukses internasional. Pada 2011, perusahaan ini memproduksi film lain dengan judul Pada Zaman Dulu, sebuah film soal binatang yang bersumber pada folklore yang ceritanya berbeda dari Upin & Ipin.
Ini menjadi yang serial Malaysia pertama yang mengandalkan fitur teknik animasi komputer. Film ini berkisah tentang petualangan anak-anak kota, Ara dan Aris, yang mengeksplorasi kehidupan di sebuah desa dengan cerita Sang Kancil dari cerita rakyat Melayu. Serial ini kemudian ditayangkan di TV Al-Hijrah, Astro Ceria, dan MNC TV.
Tahun lalu, Les 'Copaque mulai mengembangkan seri, Puteri, yang menyoroti petualangan prajurit perempuan Kasturi, Manis, Nipis, Purut dan Bali. Puteri akan keluar tahun depan. Sementara film ke dua Upin & Ipin The Movie dijadwalkan rilis pada tahun 2016.
Sumber : dream.co.id