Cerita berawal dari sharing seorang ibu di sebuah Grup Komunitas Arisan di BBM. Salah seorang ibu sebutlah namanya Ika yang berdomisili di Palembang menceritakan kejadian yang dialaminya serta anak semata wayangnya (sebutlah namanya Fadli) yang masih berusia 4 tahun Suatu hari, Ika mengajak Fadli, anaknya untuk berbelanja di Ramayana Departement Store yang berlokasi di Kawasan Bisnis Ilir Barat Permai Kota Palembang. Sebagai tujuan pertama ia melihat-lihat kumpulan koleksi baju yang ada di lantai 1. Sang anak pun awalnya terlihat asyik berlari-lari di sekitar koridor etalase yang memajang aneka baju-baju tersebut. Semuanya berjalan lancar menyenangkan sampai akhirnya si ibu mendapatkan baju pilihannya dan membayarnya di kasir. Fadli pun terlihat senang mengikuti sang ibu. Ika kemudian mengajak Fadli berkeliling dan melihat-lihat wahana permainan di lantai berikutnya. Setelah agak siang karena lapar akhirnya Ika memutuskan keluar untuk membeli makanan yang dijajakan di luar di sekitar toko. Pilihan Ika jatuh pada sebuah gerobak penjual mie ayam. Tak jauh dari penjual mie tersebut ada seorang pedagang mainan kapal-kapalan yang biasa dijalankan di atas air. Karena Fadli tertarik dan merengek ingin melihatnya, akhirnya Ika mendatangi penjual kapal-kapalan tersebut menemani Fadli untuk melihatnya. Karena sudah lapar Ika menuju gerobak penjual mie untuk mulai memesan makanannya. Ia tanpa sadar meninggalkan Fadli sendiri melihat kapal-kapalan. Mungkin Ika berpikir karena letak penjual mie tidak jauh, hanya sepelemparan batu saja dan juga tidak akan lama maka ia meninggalkan anaknya. Di sinilah kemudian terjadi peristiwa yang mengagetkan Ika. Setelah ia memesan mie ayam, ia kembali ke tukang kapal-kapalan. Terkejutlah ia begitu melihat bahwa Fadli, anaknya tidak berada di situ. Si tukang kapal pun lantas memberi tahu kalau anaknya baru saja pergi dengan lelaki ke arah selatan. Si tukang kapal malah menganggap laki-laki tadi ayahnya Fadli. Ika pun bergegas mencari anaknya dan beruntung ia melihat anaknya berjalan dengan seorang lelaki ke arah sebuah mobil. Karena panik ia berteriak minta tolong dan sontak saja menjadi perhatian orang-orang yang ada di sekitar termasuk seorang tukang parkir yang sedang berjaga di situ. Setelah berhasil menghampiri laki-laki itu, Ika lantas merebut Fadli dari tangan laki-laki itu. Perang mulut pun terjadi antara Ika dengan lelaki yang usianya sekitar 40-an. Ika menuduh lelaki itu akan menculik anaknya. Karena ribut-ribut ini cukup menyita perhatian, dua orang Security pun datang ke lokasi berusaha untuk melerai dan mengamankan laki-laki tersebut. Karena takut dan tidak mau terlibat jauh si ibu lantas memanggil taksi untuk bergegas pulang. Seorang security pun ditugaskan untuk menemani Ika ini pulang ke rumahnya di wilayah Sukarame. Sepanjang perjalanan Ika bertanya pada anaknya. Ika saat itu sangat merasa waswas namun anehnya Fadli malah terlihat tenang tidak ketakutan. Meskipun kemampuan anaknya bercerita masih terbatas namun sebagai ibu ia dapat memahami apa yang disampaikan anaknya itu. Sungguh terkejut ia melihat respon anaknya ketika Ika bertanya dengan nada gusar dan serius. Anaknya justru menangis ingin kembali bertemu laki-laki tadi. Sambil menangis anaknya merengek dengan kata-kata yang kurang jelas “Ulamaan.... Ulaamann” (Maksudnya Ultra Man). Menurut si anak laki-laki tersebut akan mengajaknya kepada Om Toni (Paman dari si anak yang minggu lalu pernah membelikannya robot-robotan Ultra Man). Si Laki-laki katanya menyodorkan robot Ultraman itu kepada Fadli dan mengajaknya bertemu Om Toni ketika si Fadli asyik melihat kapal-kapalan. Si ibu heran bukan kepalang. Bagaimana si laki-laki itu bisa tau bahwa anaknya minggu lalu baru diberi robot Ultra Man dan bagaimana si laki-laki yang (akan) menculik itu tau kalau pamannya si Fadli ini bernama Toni. Karena penasaran ia langsung menelepon Toni menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Anehnya Toni sang paman pun tidak pernah tau/mengenal laki-laki sesuai yang disebutkan ciri-cirinya. Toni pun sama sekali tidak pernah menyuruh orang untuk membawa si Fadli bertemu dengannya. Saat ditelepon Toni sedang bertugas di Padang. Ika pun sangat heran dengan kejadian ini namun ia mencoba menghela napas dan menenangkan diri. Setidaknya ia merasa bersyukur anaknya selamat dari penculikan. Sesampainya di rumah, Ika menjamu security yang menemaninya selama di taksi. Ika mempersilakan security tersebut untuk sebentar makan dan minum. Suami Ika yang sebelumnya sudah ditelepon akan kejadian ini saat masih di taksi pun sudah sampai di rumah. Ia terpaksa pulang cepat dari kantornya. Sambil menikmati sajian makan dan minum dari Ika sang security pun terlibat percakapan dengan Ika dan suaminya masih tentang kejadian yang baru saja dialami. Di tengah-tengah percakapan, HP security tadi berdering. Rupanya security lainnya yang mengamankan laki-laki tadi di toko. Ia menanyakan apakah Ika sudah sampai di rumah dengan selamat. Kemudian security di kantor itu bercerita kalau laki-laki itu akhirnya dibawa ke kantor polisi terdekat karena Laki-laki tersebut tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan security di kantor atas kejadian yang baru saja terjadi. Setelah didesak di kantor polisi dengan berbagai pertanyaan, laki-laki tersebut memang berniat untuk menculik Fadli anak dari Ika. Ia mengakui mencoba merayu Fadli dengan robot-robotan Ultra Man. Beberapa hari sebelumnya laki-laki yang berinisial RM tersebut mulai mempelajari korbannya melalui Facebook. “Si RM ini rupanyo paham nian soal komputer,” ucap security kantor dari seberang telepon sana yang terdengar karena HP di-loudspeaker. Dengan kemampuan komputer yang dimilikinya si laki-laki ini rupanya mencoba meng-hack beberapa akun Facebook. Ia pilih pemilik akun yang sama-sama berdomisili di Palembang. Dari akun-akun Facebook yang sudah di-hack-nya ia mulai memilih korban yang akan dijadikan target. Targetnya tentu adalah yang memiliki anak kecil. Cukup mudah bagi RM untuk mengenali siapa saja yang memiliki anak kecil. Dari “Beranda” ia bisa melihat siapa saja yang mem-posting foto-foto anaknya. Dan pilihan pun jatuh pada Ika karena ia mengetahui bahwa Ika berniat mengajak anaknya berjalan-jalan ke luar (ke Ramayana). Di situlah RM mulai intense mempelajari seluk-beluk korban, mulai dari nama si anak (Fadli) sampai termasuk saat Fadli diberi boneka Ultra Man oleh pamannya. Ini berguna bagi RM untuk membuat dirinya familiar dengan si anak yang akan dijadikan korban. Dan juga untuk mengecoh orang lainnya supaya tidak curiga. Orang akan mengira bahwa dirinya adalah familly dari si anak. Melalui sharing-nya di BBM Ika belum mengetahui apa motif sesungguhnya dari RM. Apakah murni menculik untuk meminta tebusan atau ada motif lainnya. Ini masih dalam penyelidikkan pihak yang berwajib. Kasus ini mungkin mirip dengan kasus memasang stiker mobil yang menceritakan tentang informasi keluarga. Namun kini si pelaku menggunakan media sosial sebagai alat untuk memulai tindak kejahatannya. Cerita ini tentunya menambah kembali kejadian yang tidak diinginkan akibat dari media sosial dalam hal ini Facebook. Di samping manfaat-manfaat yang dimilikinya ternyata jika tidak hati-hati Facebook malah bisa membahayakan penggunanya. Fasilitias upload foto yang menceritakan aneka sisi dari hidup kita yang bisa dilihat oleh banyak teman kadang menimbulkan keinginan untuk “pamer”. Mulai dari apa yang sedang kita makan, sedang jalan-jalan ke mana, mobil baru yang kita miliki, bahkan anak kita sendiri. Mungkin karena rasa sayang dan saking bangganya kita kepada si anak, ada keinginan untuk meng-upload-nya di Facebook membuatnya segera dikenal banyak orang “dunia maya”. Atau, karena tren “pamer anak” di Facebook telah mendorong para orang tua untuk ikut meng-upload foto-foto anaknya. Dan tak jarang foto tersebut disertai informasi-informasi tentang diri si anak mulai dari nama, usia, sekolah atau bermain di mana, kesukaannya makan apa, hari kemarin ngapain aja dan banyak informasi lainnya. Sebetulnya jika kita pikir ulang untuk apa manfaatnya semua informasi tentang anak kita ini kita share-kan di Facebook. Jika kita tidak bijak men-share semua informasi itu “jor-joran” tak menutup kemungkinan informasi itu akan digunakan oleh orang-orang yang sedang “mengintai” sebagai “data intelijen” yang digunakan untuk suatu tindak kejahatan. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat untuk mengingatkan kembali terutama kita para ibu untuk lebih berhati-hati dalam bersosial media. Bijak men-share informasi agar informasi itu tidak disalahgunakan. Karena, bahaya selalu mengintai kapan saja termasuk mengintai anak-anak kita. Sayang pada anak kita? Lindungilah mereka bukan dengan jor-joran memamerkan foto dan informasi mengenai dirinya di media sosial.
Sumber : kompasiana.com