Pada hadits yang lalu, telah bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Ada dua macam ahli neraka yang belum aku saksikan, yaitu: Suatu kaum yang membawa cemeti seperti ekor-ekor sapi untuk memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian akan tetapi sebenarnya mereka tidak berpakaian yang menanggalkan tutup kepala, yang menarik kepada maksiat, kepala mereka seperti punuk-punuk onta yang miring, mereka itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan baunya sedangkan bau surga itu dapat tercium dari jarak sekian.”
Kata “kaasiyaat ‘ariyaat” (mereka berpakaian dalam keadaan tidak berpakaian) mengandung dua pengertian:
1. Bahwa mereka menutup sebagian dari tubuh mereka dan membuka sebagian yang lain.
2. Bahwa mereka itu memakai pakaian yang tipis atau sempit (ketat) atau pendek. Mereka mengira bahwa mereka sudah berpakaian dengan pakaian yang terbaik, sedangkan mereka dengan pakaian seperti itu telah berbuat kerusakan terhadap diri mereka dan agama mereka sendiri.
Pada zaman kita ini, pakaian tabarruj (pamer aurat) seperti yang disebutkan hadits di atas telah terjadi dalam segala kandungan makna yang ada padanya di mana para wanita kita telah merasa berpakaian akan tetapi pada kenyataannya mereka tidak berpakaian, mereka berlari di belakang model-model pakaian yang baru muncul dan mengikuti cara berpakaian orang barat yang jelas-jelas kafir, mereka telah membuat kemarahan Tuhan mereka dan mereka telah merugikan diri mereka sendiri, betapa malang mereka itu dan bagaimanakah kiranya perlakuan Allah terhadap mereka ketika mereka menemui-Nya nantinya.
Bahkan bentuk hijab (penutup aurat) wanita muslimah yang ada pada zaman kita ini (yang mereka sebut dengan “model muslimah”) adalah lebih buruk dari pakaian wanita jahiliyah, dengan alasan: Para wanita di zaman jahiliyah (sebelum kedatangan Islam) adalah memakai pakaian yang besar, lebar, dan panjang, yang tebal, yang menutup seluruh tubuh mereka sedangkan di atas kepala mereka ada kerudungpanjang menutup kepala mereka, akan tetapi ketika mereka keluar rumah, mereka menjulurkan sisa kerudung yang menutup kepala mereka tersebut ke punggung mereka sehingga dada mereka tidak tertutup oleh kerudung mereka, jadi dada mereka hanya ditutup oleh pakaian dasar yang tebal yang menutup seluruh tubuh mereka saja. Maka Allah menyebut pakaian yang seperti ini dengan “tabarrujul Jahiliyyah al ula”, maka kemudian Allah SWT memerintahkan para wanita mukminat untuk menjulurkan atau menyelempangkan kerudung tersebut di atas dada mereka, dengan firman-Nya:
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka.” (QS. An Nuur: 31).
Oleh karena itu kami mengatakan, bahwa pakaian wanita di zaman kita ini yang mereka sebut dengan “model muslimah” yang berasal dari “Shopping Centre” dari segi persyaratan pakaian wanita muslimah adalah lebih buruk dari pakaian wanita zaman jahiliyyah.
Jadi, inilah yang dimaksud dengan “tabarruj” yaitu: menampakkan sebagian dari perhiasan mereka (dada yang tidak dijulurkan di atasnya kain kerudung yang menutup kepala mereka).
Adapun kata “al mumilat al ma’ilat” dalam hadits di atas adalah berarti; wanita-wanita yang berjalan dengan angkuh (tidak mengindahkan sopan santun), melenggak-lenggok seperti jalannya para wanita pelacur yang memancing kemaksiatan dari laki-laki yang sudah rusak hatinya.
Kalimat hadits di atas yang berbunyi, “kepala mereka seperti bonggol burung yang miring” adalah berarti; “bahwa mereka itu membesarkan rambut kepala mereka dengan lipatan-lipatan atau topi model atau rambut palsu.”
Sedangkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Dua macam ahli neraka” tidaklah berarti bahwa mereka itu adalah orang kafir yang kekal di neraka.”Akan tetapi, mereka akan diadzab di neraka dalam suatu masa tertentu yang hanya diketahui oleh Allah kemudian mereka itu akan dimasukkan ke dalam surga, karena mereka masih mempunyai iman, akan tetapi siapakah yang dapat tahan di neraka, walau sekejap saja? Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengabarkan kita bahwa seorang manusia yang paling senang hidupnya selama di dunia, dimasukkan dalam neraka dengan sekali celup, maka ditanyakan kepadanya: “Apakah engkau pernah merasakan kesenangan dalam hidupmu?” Ia menjawab: “Tidak, saya tidak pernah merasakan kesenangan barang sesaat pun.” Beginilah keadaan orang yang direndamkan ke neraka dengan satu kali rendaman saja. Lalu bagaimanakah halnya orang bermukim satu tempo tertentu di neraka?
Sebagian ulama mengatakan bahwa: “Mereka itu kekal di dalam neraka selama-lamanya apabila mereka memandang, mengatakan dan menganggap bahwa apa-apa yang mereka lakukan itu adalah boleh atau halal.”
Sumber : syahida.com