Ikan jenis mujair ukuran telapak tangan orang dewasa hingga ukuran kecil banyak yang mati di kawasan bendungan Estuari Dam Kuta, Bali.
Aroma busuk makin menyeruak di kawasan ini.
"Banyak ikan yang mati, kalaupun mancing sekarang rata-rata dapatnya hanya ikan sapu-sapu saja. Jadi males mancing. Apalagi bau busuk di kawasan bendungan," jelas seorang pemancing bernama Puryanto (35ditemui di pinggir Bendungan Estuari, Jumat (8/4/2016) kemarin.
Keluhan yang sama juga diungkapkan pemancing lain bernama Jaya (32), menurutnya, sudah lama ia tak mancing karena aliran sepajng tukad badung seperti kawasan Taman Pancing serta estuari Dam banyak ditemui ikan-ikan yang mati.
"Ikannya banyak yang mati, seperti keracunan. Nanti kalau mancing terus dapat ikan yang sudah keracunan membahayakan juga," terangnya. Karena itulah kemarin ia hanya duduk-duduk di wilayah aliran Tukad Badung ini.
Pantauan Tribun Bali di Bendungan Estuari kemarin, ikan jenis mujair lebih banyak terlihat mati, dan mengapung bercampur sampah.
Bahkan, menurut para pemancing, ikan mujair di wilayah pintu bendungan atau sisi selatan bendungan banyak mengapung dan mengeluarkan bau busuk.
Semakin hari, bau busuk makin menyeruak. Belum diketahui pasti penyebab matinya ribuan ikan di kawasan ini.
Para pemancing kemarin menduga, aliran Tukad Badung terkena limbah pewarna tektil.
Hal ini terlihat dari banyaknya busa yang berada di seputaran wilayah ini.
Kemarin sejumlah petugas PDAM melakukan penelitian sample air dari Bendungan Estuari atau dikenal Waduk Nusa Dua Badung ini.
Namun petugas berdalih jika pemeriksaan air ini adalah kegiatan rutin
Langkah tersebut dilakukan karena, setiap jam kadar air dan kondisi air selalu berubah.
Pemeriksaan ini juga untuk memastikan air PDAM layak dikomsumsi.
"Tes kualitas ini juga untuk menghemat penggunaan bahan khusus untuk pengolahan air PDAM,” jelas Kepala Intalasi Pengolahan Air Estuari Ketut Gede Suryawan.
Sumber : bali.tribunnews.com