Setiap manusia pasti mendambakan kebahagiaan. Entah dia orang yang beriman ataupun yang kufur kepada Allah tetaplah menginginkan kebahagiaan di dalam kehidupannya. Namun, rupanya bentuk-bentuk kebahagiaan itu memiliki standar yang berbeda. Kita sebagai orang beriman pun mempunyai arti kebahagiaan yang sebenarnya.
Ibnul Qayyim berkata, “Jika diberi nikmat ia bersyukur, jika diuji ia bersabar, dan jika berdosa ia beristighfar. Tiga perkara ini merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba serta tanda keberuntungannya di dunia dan akhirat. Hamba tersebut juga tak akan berpisah darinya untuk selama-lamanya.”
Jadi, barangsiapa telah mengumpulkan tiga perkara, berarti ia orang yang benar-benar berbahagia,yaitu mensyukuri nikmat, sabar terhadap ujian, dan beristighfar dari dosa-dosa.
Kalau kita merenung sejenak untuk mengevaluasi jiwa atas pelanggaran yang dilakukan. Kemudian mengingat besarnya kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan karena takut kepada-Nya. Juga melupakan kesenangan-kesenangan yang dihamparkan karena ketamakan meraih pahala dari Penciptanya, berarti itu tanda-tanda jiwa yang menginginkan kehidupan bahagia.
Ibnul Qayyim berkata, “Tanda-tanda kebahagiaan ialah jika kebaikan seorang hamba dijadikan berada di belakang punggungnya (tidak pernah diingatnya) dan kejelekannya berada di depan matanya (selalu diingatnya).Adapun tanda-tanda kesengsaraan ialah jika kebaikannya dijadikan berada di depan matanya dan kejelekannya berada di belakang punggungnya.”
Orang yang bahagia ialah yang bertakwa kepada Penciptanya dalam bergaul dengan sesama makhluk, ia mensyukuri nikmat dan mempergunakan nikmat itu dalam rangka menaati-Nya, menanggapi ujian Allah dengan bersabar, dan mengharapkan pahala-Nya. Ia berlapang dada dan yakin bahwa hadirnya ujian tersebut adalah karena Allah akan menyucikan dirinya dan mengangkat derajatnya. Ia beristigfar kepada Rabb-nya dari kesalahan-kesalahan dan menyesali atas dosa-dosanya.
Sumber : kiblat.net