Saat mengalami periode menstruasi apakah kamu merasa menghabiskan begitu banyak pembalut karena darah kamu mengalir dengan deras? Atau masa menstruasi kamu lebih panjang dari masa menstruasi pada umumnya?
Ini merupakan pertanda bahwa kamu memiliki periode menstruasi yang lebih berat dibandingkan dari periode menstruasi yang normal. Kondisi abnormal menstruasi berat ini sebenarnya sangat umum terjadi pada wanita yang telah mencapai usia 40-50 tahun.
Hanya saja, bagi beberapa orang kondisi ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika kamu memilih untuk mengonsultasikannya dengan dokter, hal pertama yang akan dilakukan adalah mencari sumber masalah periode menstruasi abnormal tersebut.
Penyebab yang umum terjadi terkait dengan fibroid atau kadar hormon selama masa perimenopause. Setelah itu, akan ada beberapa pilihan solusi yang akan ditawarkan untuk mengatasinya.
Nah, agar kamu lebih memahami tentang hal tersebut, melansir dari prevention.com, berikut ini merupakan lima solusi yang ditawarkan untuk mengatasi periode menstruasi abnormal tersebut.
1. Obat anti-inflamasi non-steroid
Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID) atau yang disebut dengan obat anti-inflamasi non steroid adalah obat yang melawan rasa kram yang biasa tersedia di rumah. Selain meringankan aliran darah, obat ini juga mampu menurunkan tingkat prostagladin (senyawa yang meningkatkan aliran darah).
Berdasarkan pada laporan dari Agency of Healthcare Research and Quality mencatat bahwa tiga penelitian telah menunjukkan bahwa mengonsumsi NSAID dapat mengurangi aliran darah menstruasi sebesar 28-49 persen.
Tetapi, sebaiknya kamu tak mengambil obat ini jika kamu berada dalam kondisi kelainan darah, gangguan pendarahan, ulkus peptikum, gangguan hati atau penyakit ginjal.
2. Pil kontrasepsi
Kandungan hormon dalam pil kontrasepsi mampu mencegah ovulasi dan membuat lapisan rahim tipis. Dengan begitu, saat menstruasi ada sedikit darah yang dikeluarkan. Beberapa jenis pil kontrasepsi hanya memungkinkan kamu memiliki periode hanya empat kali setahun.
Ini cara yang mudah untuk mengonsumsi pil yang mengombinasikan antara estrogen dan progestin, karena kamu tak perlu mengonsumsinya pada saat yang sama setiap hari. Berdasarkan pada dua studi yang telah dilakukan, pil kombinasi estrogen dan progestin mampu mengurangi jumlah darah dari 64 hingga 69 persen.
Tetapi, kamu tak boleh menggunakan pil kontrasepsi ini jika kamu memiliki penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, migrain, riwayat kanker, atau seorang perokok aktif (bagi yang berusia di atas 35 tahun).
3. Kontrasepsi spiral
Kontrasepsi spiral adalah batang plastik lentur berbentuk T yang dibalut oleh tembaga. Spiral akan mencegah pelepasan telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Selain itu spiral juga mengurangi mobilitas sperma agar tidak dapat membuahi sel telur serta mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim.
Untuk mencegah darah berlebihan atau durasi menstruasi yang berkepanjangan, spiral mampu mengurangi derasnya darah yang keluar sebesar 71-94 persen. Bahkan bagi beberapa wanita, periode menstruasi mereka berhenti sepenuhnya.
Tetapi kamu tak boleh menggunakan cara ini jika kamu memiliki kanker rahim, pendarahan pada vagina yang tidak terdiagnosis, dan penyakit hati yang parah.
4. Ablasi endometrium
Ablasi endometrium adalah operasi untuk meluruhkan lapisan endometrium yang dianjurkan bagi pasien yang menderita pendarahan uterus abnormal atau disfungsional. Endometrium adalah selaput lendir paling dalam dari rahim yang terdiri dari lapisan-lapisan jaringan ikat yang ketebalannya tergantung pada pengaruh hormon masing-masing individu.
Pengobatan ini biasanya dipilih ketika seseorang mengalami pendarahan hebat yang tak biasa selama datang bulan. Cara ini juga bisa kamu lakukan ketika kamu berencana untuk tidak berencana untuk menambah anak lagi. Tetapi, kamu sebaiknya meninggalkan cara ini jika kamu memiliki gejala atau bahkan mengidap kanker rahim.
5. Embolisasi arteri rahim
Embolisasi arteri rahim adalah pengobatan minimal invasif untuk uterine fibroid, yaitu pertumbuhan tumor non-kanker di rahim. Dalam embolisasi arteri rahim dokter akan menggunakan tabung fleksibel (kateter) untuk menyuntikkan partikel kecil (agen emboli) ke dalam arteri rahim, yang memasok darah ke fibroid dan uterus.
Fibroid uterus akan merangsang pembentukan pembuluh darah baru untuk fibroid. SElama embolisasi arteri rahim, agen emboli akan disuntikkan ke dalam pembuluh darah fibroid. Tujuannya adalah untuk menghambat pembuluh fibroid, karena tanpa aliran darah fibroid akan menyusut.
Penggunaan metode ini mampu membuat wanita mengalami penurunan jumlah darah hingga 80 persen, dengan panjang periode menstruasi 5-8 hari dengan aliran darah yang ringan.
Sumber : merdeka.com