Waspada Virus Baru yang Rusak Otak Bayi, Ini Cirinya



Sebuah penelitian di Australia mendapat hasil mengejutkan. Para peneliti menyebut virus baru, parechovirus, telah menjangkiti 80 bayi di Australia. Bahayanya, virus ini disebut bisa menyebabkan kerusakan otak dan keterlambatan pertumbuhan.

Penelitian itu disampaikan dalam Pertemuan Sains Tahunan Kelompok Ahli Penyakit Menular Australasian (ASID). Dalam pemaparannya, para ilmuwan menyebut separuh bayi yang terkenaparechovirus pada tahun 2013 dan 2014 mengalami kelambatan pertumbuhan 12 bulan kemudian.

Presiden ASID Professor, Cheryl Jones, mengatakan parechovirus merupakan virus baru. Menurut dia, banyak dokter yang belum mengetahui tentang virus ini.

“Penelitian ini akan membantu kita untuk memahami konsekuensi jangka panjang dari infeksi tersebut dan hasilnya mengkhawatirkan,” ujar Jones, dikutip Dream dari ABC Radio Australia, Jumat 22 April 2016.

Parechovirus disebarkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan ludah, bersin, dan kotoran. Saat ini, belum ada penanganan khusus yang bisa diberikan dan belum ada vaksin yang tersedia.

Peneliti dari University of Sydney dan Rumah Sakit Anak-anak Westmead di Sydney sudah meneliti 80 bayi yang terkena Parechovirus Tipe 3 pada tahun 2013 dan 2014.

Kebanyakan bayi itu harus dirawat di unit gawat darurat dengan gejala, antara lain, gerakan tubuh tidak terkontrol dan ayan.

Setahun kemudian, para dokter menemukan separuh dari anak-anak tersebut mengalami kelambatan pertumbuhan, termasuk kemampuan berbicara dan 'menyelesaikan masalah'. Hampir 20 persen di antara mereka mengalami masalah otak yang serius.

Para dokter di Australia mengatakan, penelitian tersebut menunjukkan dampak serius virus baru ini terhadap kesehatan.

"Penelitian menunjukkkan bahwa virus ini bukan virus biasa yang bisa dilawan oleh bayi-bayi yang terkena dan perkembangan mereka harus diikuti kemudian,” tambah Jones.

Menurut Departemen Kesehatan New South Wales, virus ini tidak menunjukkan gejala sama sekali. Namun ketika seseorang terinfeksi, yang muncul adalah diare ringan atau infeksi saluran pernafasan.

Penyakit ini pertama kali diidentifikasi di Australia pada akhir tahun 2013, dengan wabah terbesar terjadi di Sydney. Kalangan medis menyebutkan, siapa saja bisa terkena parechovirus, namun bayi kemungkinan mengalami dampak lebih serius.

Menurut Jones, hasil penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya dokter tetap waspada mengenai munculnya penyakit menular yang baru.

“Juga perlunya kita mengembangkan cara untuk menangkalnya, dan meski ini tidak akan menjadi epidemi global, besar kemungkinan hal ini masih akan terjadi lagi di Australia,” tutur Jones. (Ism) 


sumber : .dream.co.id

Subscribe to receive free email updates: